Guru sebagai pengganti orang tua anak disaat berada di sekolah
Untuk itu bukan hanya kesehatan pisik saja yang perlu diperhatikan, namun kesehatan mental juga harus diprioritaskan, agar anak didik mampu menghadapi permasalahan yang dialaminya dan mampu mengelola emosinya dengan baik.
Dengan begitu Guru sebagai orang tua di sekolah, dan Ibu bapak sebagai orang tua anak di rumah haruslah cepat tanggap bila ada perubahan tingkah laku anaknya dan berusahalah untuk melakukan pencegahan dan mengatasi permasalahan yang terjadi pada anaknya agar terhindar dari stress.
Faktor Penyebab Stress Pada Anak Usia Sekolah
A. Faktor Eksternal
Faktor Penyebab Stress Pada Anak Usia Sekolah
A. Faktor Eksternal
Yang dikatakan faktor eksternal yaitu berasal dari sekolah dan lingkungan pergaulan. misalnya:
Seorang guru yang kurang akomodatif.
Pelajaran yang terlalu berat dan tidak sesuai dengan daya serap anak.
Perasaan minder pada kelebihan / kehebatan yang dimiliki temannya.
Gangguan dari teman yang jahil, bisa berupa intimidasi atau gangguan pisik.
B. Faktor Internal.
Yang dikatakan faktor internal yaitu berasal dari keluarga, misalnya :
Pola pengasuhan yang salah, sering memperlakukan kekerasan, hukuman dan intimidasi.
Tuntutan orang tua yang berlebihan, target yang diberikan tidak mengacu pada kemampuan yang dimiliki anaknya.
C. Multi Faktor.
Faktor ini merupakan campuran antara faktor eksternal dan internal, misalnya, anak sudah merasakan hidup tertekan di rumahnya, yang mana sehari hari melihat kedua orang tuanya mengalami konflik rumah tangga dan kesulitan ekonomi yang menyebabkan suasana rumah jauh dari ketentraman.
Kondisi seperti diatas menyebabkan anak tidak dapat mengerjakan pekerjaan rumah yang di tugaskan guru, hilangnya konsentrasi belajar, ketinggalan pelajaran, menurunnya prestasi yang menyebabkan malu pada teman-temannya.
Lebih fatal lagi guru menambahinya dengan label anak malas, anak nakal dan sebagainya yang semakin memojokkan anak sehingga anak mengalami stress berat.
Cara Mengatasi Stress Pada Anak Usia Sekolah
1. Bila stress pemicunya adalah beban pelajaran yang berlebihan, maka orang tua seharusnya melakukan komunikasi dengan pihak sekolahan, berdiskusi dengan guru kelasnya guna mendapatkan solusinya, mungkin ada tambahan perhatian dan tambahan les khusus yang porsinya sesuai dengan kondisi anak.
Dalam hal ini orang tua harus realistis dan menerima kenyataan , bila ternyata kemampuan anaknya jauh tidak seimbang dengan tuntutan sekolah yang memiliki target tinggi.
Maka, pindah sekolah pada sekolahan yang tuntutannya sesuai dengan kemampuan anak adalah solusi yang bijak, dan ini jalan terakhir bila memang anak benar-benar tidak mampu mengikutinya.
2. Bila stress pemicunya adalah kondisi rumah tangga yang penuh konflik, maka sebagai orang tua sadarlah, bahwa situasi yang anda ciptakan akan berdampak buruk pada perkembangan jiwa anak anda, untuk itu orang tua dituntut dapat bersikap lebih bijak yaitu tidak menampakkan problem pribadinya di depan anak-anaknya, dan tetap menjaga suasana tentram dalam keluarga walau dalam kondisi penuh masalah pribadi yang berat.
Hal itu perlu dilakukan karena anak adalah aset keluarga yang utama dan perlu di jaga keselamatan mentalnya, karena di usia itu anak masih belum mampu menyesuaikan diri dengan kondisi konflik keluarga yang jauh dari pemikirannya.
3. Bila stress pemicunya perbuatan teman sebaya, maka orang tua selayaknya membekali anaknya dengan pengetahuan dan pemikiran yang bijak agar anak dapat menahan dirinya dalam menghadapi situasi yang kurang menyenangkan.
Dengan begitu anak akan memiliki mental yang sehat dan selalu memandang positif di setiap kejadian, dan memiliki kemampuan bersikap bijak dan rileks menghadapi situasi dan kondisi yang ada di depannya.
4. Bila stress pemicunya dari dalam diri anak sendiri, misalnya anak mengalami perubahan kesulitan belajar, gampang marah & menangis, hubungan dengan teman bermain menjadi buruk, masa bodoh & malas, cenderung mengabaikan tugas-tugas sekolah, dan enggan berangkat ke sekolah.
Langkah pertama yang harus orang tua lakukan adalah mencari tahu apa faktor penyebabnya, supaya dapat memberikan solusi yang tepat untuk perbaikan mentalnya.
Karena kondisi anak yang demikian pada umumnya kalau menemui permasalahan, cenderung jelek, yaitu mudah melakukan penyelesaian dengan jalan pintas dan ceroboh tidak bisa berpikir panjang, tidak bisa memperhitungkan segala akibatnya.
Contohnya, anak yang masih sekolah di SD berani bertindak ceroboh dengan melakukan tindakan penganiayaan pada temannya hingga pingsan, dengan maksut untuk melampiaskan kekesalan hatinya pada sikap teman bermainnya, dan mereka merasa menemukan obat kekesalan hatinya dengan cara tersebut, padahal pemicu permasalahannya hanyalah sepele, yaitu tersenggol topinya.
Dalam hal ini tugas orang tua lebih berat dan membutuhkan kesabaran karena anak membutuhkan perhatian khusus.
Dengan begitu stress yang terjadi pada anak usia sekolah sangatlah beragam, sehingga menuntut orang tua untuk menemukan cara pencegahan dan penyelesaiannya juga harus sesuai dengan faktor penyebabnya, selain itu orang tua juga harus selalu berusaha mencari referensi untuk mencegah stress yang berlarut larut pada anaknya agar tidak sampai merusak kepribadiannya.
Demikianlah ulasan tentang stress pada anak usia sekolah, harapan saya semoga tulisan ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca terutama para orang tua dalam mendampingi perkembangan putra putrinya.
Seorang guru yang kurang akomodatif.
Pelajaran yang terlalu berat dan tidak sesuai dengan daya serap anak.
Perasaan minder pada kelebihan / kehebatan yang dimiliki temannya.
Gangguan dari teman yang jahil, bisa berupa intimidasi atau gangguan pisik.
B. Faktor Internal.
Yang dikatakan faktor internal yaitu berasal dari keluarga, misalnya :
Pola pengasuhan yang salah, sering memperlakukan kekerasan, hukuman dan intimidasi.
Tuntutan orang tua yang berlebihan, target yang diberikan tidak mengacu pada kemampuan yang dimiliki anaknya.
C. Multi Faktor.
Faktor ini merupakan campuran antara faktor eksternal dan internal, misalnya, anak sudah merasakan hidup tertekan di rumahnya, yang mana sehari hari melihat kedua orang tuanya mengalami konflik rumah tangga dan kesulitan ekonomi yang menyebabkan suasana rumah jauh dari ketentraman.
Kondisi seperti diatas menyebabkan anak tidak dapat mengerjakan pekerjaan rumah yang di tugaskan guru, hilangnya konsentrasi belajar, ketinggalan pelajaran, menurunnya prestasi yang menyebabkan malu pada teman-temannya.
Lebih fatal lagi guru menambahinya dengan label anak malas, anak nakal dan sebagainya yang semakin memojokkan anak sehingga anak mengalami stress berat.
Cara Mengatasi Stress Pada Anak Usia Sekolah
1. Bila stress pemicunya adalah beban pelajaran yang berlebihan, maka orang tua seharusnya melakukan komunikasi dengan pihak sekolahan, berdiskusi dengan guru kelasnya guna mendapatkan solusinya, mungkin ada tambahan perhatian dan tambahan les khusus yang porsinya sesuai dengan kondisi anak.
Dalam hal ini orang tua harus realistis dan menerima kenyataan , bila ternyata kemampuan anaknya jauh tidak seimbang dengan tuntutan sekolah yang memiliki target tinggi.
Maka, pindah sekolah pada sekolahan yang tuntutannya sesuai dengan kemampuan anak adalah solusi yang bijak, dan ini jalan terakhir bila memang anak benar-benar tidak mampu mengikutinya.
2. Bila stress pemicunya adalah kondisi rumah tangga yang penuh konflik, maka sebagai orang tua sadarlah, bahwa situasi yang anda ciptakan akan berdampak buruk pada perkembangan jiwa anak anda, untuk itu orang tua dituntut dapat bersikap lebih bijak yaitu tidak menampakkan problem pribadinya di depan anak-anaknya, dan tetap menjaga suasana tentram dalam keluarga walau dalam kondisi penuh masalah pribadi yang berat.
Hal itu perlu dilakukan karena anak adalah aset keluarga yang utama dan perlu di jaga keselamatan mentalnya, karena di usia itu anak masih belum mampu menyesuaikan diri dengan kondisi konflik keluarga yang jauh dari pemikirannya.
3. Bila stress pemicunya perbuatan teman sebaya, maka orang tua selayaknya membekali anaknya dengan pengetahuan dan pemikiran yang bijak agar anak dapat menahan dirinya dalam menghadapi situasi yang kurang menyenangkan.
Dengan begitu anak akan memiliki mental yang sehat dan selalu memandang positif di setiap kejadian, dan memiliki kemampuan bersikap bijak dan rileks menghadapi situasi dan kondisi yang ada di depannya.
4. Bila stress pemicunya dari dalam diri anak sendiri, misalnya anak mengalami perubahan kesulitan belajar, gampang marah & menangis, hubungan dengan teman bermain menjadi buruk, masa bodoh & malas, cenderung mengabaikan tugas-tugas sekolah, dan enggan berangkat ke sekolah.
Langkah pertama yang harus orang tua lakukan adalah mencari tahu apa faktor penyebabnya, supaya dapat memberikan solusi yang tepat untuk perbaikan mentalnya.
Karena kondisi anak yang demikian pada umumnya kalau menemui permasalahan, cenderung jelek, yaitu mudah melakukan penyelesaian dengan jalan pintas dan ceroboh tidak bisa berpikir panjang, tidak bisa memperhitungkan segala akibatnya.
Contohnya, anak yang masih sekolah di SD berani bertindak ceroboh dengan melakukan tindakan penganiayaan pada temannya hingga pingsan, dengan maksut untuk melampiaskan kekesalan hatinya pada sikap teman bermainnya, dan mereka merasa menemukan obat kekesalan hatinya dengan cara tersebut, padahal pemicu permasalahannya hanyalah sepele, yaitu tersenggol topinya.
Dalam hal ini tugas orang tua lebih berat dan membutuhkan kesabaran karena anak membutuhkan perhatian khusus.
Dengan begitu stress yang terjadi pada anak usia sekolah sangatlah beragam, sehingga menuntut orang tua untuk menemukan cara pencegahan dan penyelesaiannya juga harus sesuai dengan faktor penyebabnya, selain itu orang tua juga harus selalu berusaha mencari referensi untuk mencegah stress yang berlarut larut pada anaknya agar tidak sampai merusak kepribadiannya.
Demikianlah ulasan tentang stress pada anak usia sekolah, harapan saya semoga tulisan ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca terutama para orang tua dalam mendampingi perkembangan putra putrinya.
No comments:
Post a Comment