Wednesday, 9 September 2015

GUNUNG BROMO


Gunung Bromo merupakan obyek wisata yang sangat indah di Jawa Timur, keberadaannya  menempati  4 wilayah yaitu kabupaten Lumajang, Probolinggo, Pasuruan dan Malang. Gunung ini memiliki ketinggian 2.329 m di atas permukaan laut, dengan bentuk tubuhnya yang dikelilingi oleh lautan pasir yang luasnya hampir 10 km persegi.

Statusnya yang masih aktif menambah keindahan yang dimiliki gunung ini, bahkan setiap hari kita dapat melihat asap putih yang keluar dari dalam kawah, terutama bila kita bisa sampai ke atas puncak gunung Bromo, disitulah kita dapat menikmati keindahan yang luar biasa, yaitu gumpalan asap putih didalam kawah yang tepat berada di depan mata kita.
Namun untuk melihat kawah dengan jelas kita harus berjuang menaiki beberapa anak tangga yang cukup membuat nafas tersengal-sengal hingga mencapai puncak gunung Bromo.

Gunung Bromo dalam bahasa sansekerta artinya Gunung Brahma, kata Brahma merupakan nama Dewa dalam keyakinan umat Hindu.
Gunung Bromo dipercaya sebagai gunung suci oleh penduduk sekitarnya yang merupakan suku tengger dan mayoritas beragama Hindu, setiap tahunnya mereka mengadakan upacara ritual yang dikenal dengan perayaan kasodo.

Upacara Kasodo berawal dari cerita sepasang suami istri yang belum dikaruniai anak, beliau adalah tokoh tengger yang bernama Jaka Seger melakukan semedi agar mendapatkan anak, dalam semedinya terdengarlah suara ghoib bahwa do’anya dikabulkan dengan syarat Jaka Seger berjanji bila nanti sudah memperoleh keturunan, maka anak bungsunya yang bernama Kesuma harus dikorbankan ke kawah gunung Bromo.

Jaka Seger berucap janji dan mendapatinya hingga memperoleh 25 anak laki-laki dan perempuan adapun yang bungsu bernama Kesuma, dari hari kehari mereka menghabiskan hidupnya dengan penuh kasih sayang hingga tiba saatnya janji harus ditepati, begitu melihat anak bungsunya hati seorang bapak yang seharusnya melindungi anak-anaknya tentunya tak tega melihat kesayangannya harus dikorbankan ke kawah, alasan inilah yang memotifasi Jaka Seger terpaksa ingkar janji, namun tak disangka kemarahan Dewa menimbulkan prahara yang menyebabkan suasana berubah gelap seketika dan gunung Bromo menyemburkan api yang menjilat tubuh kesuma sang putra bungsu.
Terdengarlah jeritan Kesuma yang ditujukan pada saudaranya,” Wahai saudara-saudaraku aku telah dikorbankah oleh ayah dan sekarang aku diselamatkan oleh Sang Hyang Widi, untuk itu bersembahyanglah kalian dan lakukanlah kasodo tiap tahunnya disini agar kalian selamat.”

Sejak saat itulah peristiwa ini diikuti oleh suku Tengger yang hidup di kawasan gunung Bromo dengan setia melakukan upacara kasodo yang mereka lalukan setiap tahunnya di bulan kesepuluh dalam penanggalan jawa, tepatnya sekitar tanggal 14 atau 15 disaat bulan purnama.
Upacara ini dilaksanakan di sebuah pure yang berada dibawah kaki gunung Bromo ( lautan pasir) dan dilanjutkan di puncak gunung Bromo, sambil membawa sesajen untuk Sang Hyang Widi dan para leluhurnya sebagai wujut ibadah mereka.

Adapun cerita tentang diri saya sendiri di puncak gunung Bromo, berawal dari keinginan merayakan tahun baru 2013, pagi itu usai sholat subuh saya bersama suami tercinta mengadakan persiapan untuk menghabiskan tahun baru di puncak gunung Bromo, adapun jalur yang saya tempuh adalah dari kabupaten Probolinggo - Ketapang - Patalan - Sukapura - Ngadisari - Cemoro Lawang - G. Bromo.

Disepanjang perjalanan sekali-kali berhenti untuk berfoto menikmati keindahan alam sambil bernyanyi gembira serasa dunia hanya milik kami berdua hingga sampailah ke tempat tujuan, setelah mobil terparkir saya memilih naik ojek untuk mencapai kaki gunung dan dilanjutkan mengarungi lautan pasir dengan naik kuda hingga sampai di dekat tangga yang akan menuju ke puncak gunung untuk melihat kawah dari dekat.

menuju puncak Gunung Bromo
                                                       Mulyati naik tangga ke puncak G. Bromo
Namun disaat saya menaiki tangga sampai di posisi tengah-tengah saya dapati penyakit asma suami saya kambuh dan dilokasi tersebut tidak ada tempat pertolongan sebangsa klinik atau apapun, untungnya saat itu pertolongan Tuhan berpihak sehingga perjalanan dapat saya lanjutkan sampai juga ke puncak gunung Bromo, subhanallah sungguh luar biasa saya dapat melihat gumpalan asap putih di dalam kawah gunung Bromo dari dekat dan dapat menambah keimanan.

Saya benar-benar merasakan kebesaran tuhan yang telah menciptakan alam ini beserta keindahannya, selain itu di saat berada di puncak gunung Bromo saya merasakan sesuatu yang tidak biasanya pada diri suamiku, dia terlihat begitu sangat menyayangi dan penuh perhatian pada diri saya dan itu cukup berlebihan namun saya tidak memiliki firasat apapun saat itu, hanya sebuah ucapan yang masih mengiang di telinga hingga saat ini, sebagaimana yang beliau ucapkan,” Dik hidupku akan kupergunakan untuk menyenangkan kamu hingga ajal menjemput.” sungguh sangat saya sayangkan mengapa ucapan suami saat itu tidak saya hiraukan dan hanya saya anggap sebagai gurauan atau rayuan semata, dan tidak di sangka bila itu merupakan lambang perpisahan.

Hingga tiba hari yang dijanjikan Tuhan, tepatnya hari Senin 4 Pebruari 2013 terhitung sekitar 36 hari sejak peristiwa di puncak gunung Bromo, suami saya menghembuskan nafas yang terakhir untuk kembali pada sang pencipta, dalam kesendirian disaat melihat album tentang gunung Bromo terlintas kenangan indah bersamanya dan kini saya hanya bisa mengucapkan selamat jalan kekasih hatiku semoga engkau bahagia disana dan tunggu saya di pintu surga.
Salam dari jauh


No comments:

Post a Comment